Kamis, 30 Oktober 2014

Tidak Terkendali

Sebuah ruang gelap seorang anak pendiam, mencari jatidiri, dari sebuah gerombolan. Aku temukan diri ini terpaku pada bisunya raga. Rasa ingin tau yang rapat-rapat aku sembunyikan, mulai menggelegak sampai di ujung tenggorokan. sulit bernafas, terengah-engah, melihat sekitar, batin berucap-ucap, keringat berkeliaran, dan telinga mendengar dengung tak dikenal. Aku kembali diam, setelah memastikan keadaan dalam ruangan tidak terpengaruh oleh kegusaranku tadi. Bagaimana harus kukatakan keadaan ini padamu, padanya dan pada mereka. 
Aku terkadang tidak terkendali. berkata yang tidak dapat dipahami, tidak mendengar dengan jernih, penglihatan yang semu dan berdebu. Aku semakin tidak mengerti. dengan yang terjadi. bukan mimpi, bukan halusinasi, bukan fatamorgana, bukan ilusi, bukan khayalan ataupun bayang-bayang. Diri ini seakan tidak dimiliki seorang saja. Ketika aku mulai tak berdaya dan berada dibatas terendah. tubuh ini bertingkah semaunya bukan semauku, aku tak terkendali. tidak ada yang aku pahami. Walaupun aku sampai melewati batas kesadaran. Ini misteri, ini misteri.
misteri adalah sesuatu yang tidak terkendali.

Jumat, 17 Oktober 2014

Cerpen : Arasti : Paragraf 3, 4 dan 5

.............
Arasti gadis cantik bak hiasan mustika dengan kacamata didepan matanya. Teman laki seumurannya siapa tak suka. Berbagai macam deskripsi dan narasi keanggunannya sudah banyak digambarkan teman laki seumurannya. Namun dia lebih suka tidak diganggu hal semacam itu. Paling-paling dia akan berucap begini : “pergilah kamu selagi kamu bisa pergi dariku sebelum kamu tidak lagi bisa pergi dariku,” bila ada yang nekat ingin dekat dengannya.
Arasti bukan lah orang yang sombong dan menyebalkan seperti kebanyakan temannya pikirkan. Ia hanya punya pikiran yang jauh dari apa yang teman-temannya bisa pikirkan. Kadang-kadang dia heran dengan dirinya sendiri. Kadang-kadang dia merasa paham atas apa yang dia lakukan. Walaupun begitu arasti tetaplah anak sekolah yang harus pulang setelah jam pulang tiba, dan menjemput mimpi dilangit sambil berkata : “mimpi, ayo kita pulang dan makan. Perutmu harus diisi supaya kamu tetap kuat bermain,”. 
Arasti yang suka memandang keluar jendela. Memastikan cuaca sedang baik, agar mimpi bisa bermain dengan girangnya. Ibunya yang menyuruhnya mengerjakan PR, tidak dia hiraukan. Bukan berarti arasti anak yang pemalas dan bodoh. Peringkat tiga besar disekolahnya tidak pernah goyah darinya. Mimpi tidak selamanya mengganggu perhatiannya terhadap apa yang wajib dia lakukan.