Minggu, 13 April 2014

Zawa : Awal Dari Cerita Yang Panjang : Monoprolog : Bisik-Bisik Itu Sangat Jelas Ditelingaku


Kejadian-kejadian besar telah membawa perubahan-perubahan besar. Bayangkan bila kau bisa terbang, bisa membunuh monster, berbisik dengan angin, dan hal-hal menakjubkan lainya. Aku harus menanggung kejadian-kejadian besarku sendiri, terbang dengan caraku sendiri, membunuh monsterku sendiri, bahkan berbisik dengan anginku sendiri. Segala yang akan aku hadapi merubah jalan pikiran hidupku. Banyak hal bisa terjadi. Peristiwa-peristiwa ini seakan membawaku pada kehidupan dimana aku sendiri belum dilahirkan. Jauh sebelum harapan ini diinginkan. Sang pembawa kebajikan akan dilahirkan kembali. Raja keempat

***


Monoprolog 2
           
            Kepada penceria dan penderitaannya. Kepada suara dan tulisannya. Kepada masa yang bergairah dan resahnya. Kepada insan yang membawa nisannya

            Kabar buruk seharusnya tidak datang lebih awal. Kepadaku yang sedang beranjak usia bersuka ria. Harusnya aku berlari bukan karena ada yang diikuti ataupun ku hindari. Untuk beberapa saat ini aku sedang dalam masa damaiku, walaupun aku sementara sedang ditinggalkan. Kehadirannya yang tidak bisa ditunggu. Dan aku akan menjemputnya suatu saat nanti. Bahkan aku lebih tidak peduli keadaanku yang sebenarnya. Sesaat adalah waktu yang berharga. Aku akan menjeputnya. Dan menjemput kedamaian hati dan jiwaku yang akan direbut. Dengan atau tanpa bantuan orang lain.
            Bukan aku tentunya satu-satunya yang menjadi bagian penting cerita ini. Tidak semudah kebanyakan orang bayangkan. Setiap situasi akan ada yang akan mengisi bagian pentingnya. Keberadaanku mungkin akan banyak mempengaruhi. Juga bahkan orang-orang disekelilingku yang sebelumnya tidak aku pedulikan. Perhatian ku terhadap apa yang harus aku hadapi hampir saja menjerumuskan ku pada keruntuhan jiwaku. Bahkan orang-orang disekelilingku menjadi sangat berguna membangunkan aku dari kegelapan yang menghantui itu.  
            Dalam dadaku meresapi sedapnya hidup akan sia-sia bila aku hanya berdiam diri menyaksikan keadaan yang sebenarnya. Dibalik keinginan yang begitu besar aku sadari aku begitu lemahnya. Hal bodoh telah aku perbuat. Akan menjadi seperti apa aku nanti: dulu pernah aku berpikir: kenapa tidak aku ikuti saja kemauan orang tua ku, paling paling aku akan menjadi anak yang baik dan hidupku akan lebih baik. Tetapi inilah pilihan hidupku. Akan aku nikmati masa-masa apapun itu. Itulah hidup yang sebenarnya.
            Mengenai apa yang akan terjadi. Aku memang tidak memiliki persiapan apa-apa. Seketika aku merasa harus berbuat sesuatu yang bahkan aku tidak tahu harus memulainya darimana dan bagaimana. Menurut keyakinanku sendiri, semua itu seakan telah diatur, tinggal bagaimana aku harus menjalaninya apakah aku siap atau tidak. Itu akan hadir dalam bentuk apapun dan waktu kapanpun. Waktu bermain-mainku memiliki batasnya, dan bila telah sampai batasnya nanti aku mau tidak mau harus siap terhadap apa yang akan terjadi. Sungguh takdir yang tidak terduga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar