Selasa, 30 September 2014

Cerpen : Judul : Arasti : Paragraf 1 dan 2.

A R A S T I
Oleh :  Arief Maulana Azzahri
Langit cerah. Ada awan berpareidolia seekor burung disana. Dan ada burung asli juga. Arasti menatapnya dalam, sambil berbaring pada taman bunga.
“coba bayangkan kalau tak ada langit di atas sana. Mimpi takkan bisa terbang bebas,” katanya.

Ia berdiri dan dikembangkannya tangan, ditutupnya mata, dan dikepak-kepak tangannya. Terbanglah ia dalam mimpinya, pikirnya. Jadi burung ia, girang gembira. Tawa  poranya bebas beterbangan tanpa ragu. Menjadi awan dan menggelintirkan hujan rintik pada bunga kering. Menjadi pelangi ia, mengalirkan keindahan dan jalan harapan pada setiap mimpi yang mengambang dilangit. Menjadi matahari ia, memancarkan keteguhan pada setiap mimpi yang hampa. Begitu tentang Arasti yang lembut pada hujan musim kering kerontang. Matanya punya pandangan yang ceria dan optimis. Arasti yang ambisius, namun juga cemberut, begitulah dia bila kebebasannya terganggu oleh bel pertanda masuk kelas. Katanya sebelum meninggalkan mimpi dan langit sendirian diluar kelas : “tunggu aku disana, mimpi, aku akan menjemputmu sehabis pulang sekolah,”...........................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar