Patah
oleh arief maulana azzahri
Aku
di dalam cermin
Cermin
daripada Engkau
Aku
di dalam kartu
Kartu
daripukau
Di
atas meja peraduanku ada Engkau menancap taring
Mengait
gapai
Bait
demi bait langkah waktuku
Dari
darahku darahair mata barah
Aku redup
Aku kerdip
Aku bisu
Aku beku
Serah
Pintu
batu rayu memburu
Dibalik
pintu beratus juta ribu sangsai
Siapa pintu kalau bukan buka
Siapa luka kalau bukan derita
Siapa tangis kalau bukan resah
Siapa dalam kalau bukan air mata
Walau mata tajam membelah angin
rindu
Walau mulut sedalam ucap
jatuhkan tuah
Walau tangan dapat lambai dapat
peluk dapat salam dapat pukul dapat termengu
Walau tubuh dapat tidur meniduri
dapat kenyang lapar
Walau hati perkata-kataan yang
paling jujur
Tapi aku meletus letus sampai
lembah raguku
Derainya nafas berpacu-pacu
mendaki-daki debu lukaku luka dariMu
/2/
gunung-gunung
diamku
gunung-gunung
risauku
gunung-gunung
jari genggamku
gunung-gunung
daging igauku
bertangga-tangga
nestapa
sampai
entah dimana tadahku
bertahun
mengecup mimpi
menaklukkan
jam tiga enam sembilan dua belas
terkekeh
menit detik memanjat air mata
segala
tanam derita dalam darah tanam nama dalam kelam tanam jalan dalam cabang tanam
kasih sedalam teduh tanam janji sedalam gumam malam gulita kasihku
mengucap-ucap Kau dimana?siang cekik pekik
jantungku menggebu-gebu Kau bagaimana?berpilin-piling nadi seperti tali menekak
leher waktuku Kau mengapa?gugur usiaku memanggilmu Kau kapan?
Sedalam
mata pejam peram penat tak jua Kau
Sedalam
tangan mengais-ngais tak Kau jua
Sedaging
berbukit-bukit rindu menusuk aku masih kehausan
Aku
lapar menanti mengigil jari-jari menampung
Kemana
pintu Kau ku raba
Tubuhku
telah bermandi tahun menahun keriput suara parau ku padaMu
Kasih
beribu gerak
Mencabik-cabik
/3/
rambut tujuh keliling menampung
sungai deras renung
wajah merah berlipat lipat jatuh
tanah resah menimbun kata
tangan mengais tangis bercucur
hancur
jantung berdenyut kecut terserak
pahitnya sampai melambai
perut jadi gendut seperti rahim
hamil peram duri
kaki berseret-seret beralas batu
tajam dari ngiluku
waktu telah ku kembalikan
hati telah dicurahkan
janji telah di sematkan
sujud telah bungkuk dalam
zikir dan doa telah menghujani
depan
tapi mengapa air terus tulus
jadi air mandi air minum air mata air wudhu
/4/
dengan
jantung paling gantung dengan hati paling menanti dengan urat paling ikat
dengan rindu paling ngalir dengan resah paling risau dengan aku yang paling
masuk akulah hujan beribu jatuh akulah tusuk beribu malam akulah rasa yang beribu
paling penuh segala beri
berjinjing
anjing anjing babi butaMu
sayat
menyayat di telapak kaki jejak
kata-kataku
membilang patah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar