Minggu, 25 Mei 2014

Aku Merindukan Hari-Hari Bersamanya



         
         Sepuluh keliling rak telah aku putari. Belum puas rasanya. Pada rak sepuluh aku berhenti. Sebuah buku Terang Bulan ditangan kiriku tak seterang suasana hatiku. Sudah berapa waktu juga aku coba hilangkan dan mau tidak mau berdatangan juga hari yang lalu. Bayang-bayangmu. Aku memejam mata, aku ingat ketika itu, saat aku membuka mata kutemukan dirimu pas disampingku sedang mengorek-orek buku-buku yang berantakan di rak itu. Aku masih tidak begitu peduli. Sampai kau bertanya padaku. “hei kamu, maukah kamu membantuku?.” Pintamu. “hei.. tentu, apa yang mau dibantu?.” Jawabku polos. Kau pun mengatakan.”maukah kamu mendengarkan ceritaku?.” Aku  hanya tersenyum...
            Memang salah ku benar waktu itu. Tidak aku catat benar-benar apa yang aku katakan padamu. Tapi sudah terlampau lama kau rasai, dan sepi tak hingga. Tidak kutemukan bahasa rindumu lagi dan wajahmu yang bertumpu separuh tangan. Rindumu sebelum waktu ini: “tahu kah kamu?.” Tanyamu. “tahu apa?.” Aku balik bertanya. “saat aku rindu padamu, aku bisa membuat seribu puisi rindu.” Katamu. “lalu aku bisa apa?.” Tanyaku lagi. “kamu bisa membacanya, untukku.”
          
  Aku memejamkan mata. Tidak kutemukan makna Nocturno atau Fragment-nya pujangga muda itu..............................................
   Dalam diriku terbujur keinginan, 
   Juga tidak bernyawa. 
   ............................................. 
   ............................................. 
   Pena dan penyair keduanya mati, 
   Berpalingan!
Belum sampai hati dan pikiranku untuk memaknainya. Dengan apa lagi aku harus memaknainya? Atau apakah aku harus mengalaminya terlebih dulu?. Sudahlah. Aku membuka mata. Dan, lihat apa yang kutemukan....
      “Cinta itu luar biasa. Tapi tahu kah kamu apa yang luar biasa darinya?.” Aku hanya tersenyum mendengar ceritamu. “saat-saat bersamanya.” Lanjutmu. “coba kamu bayangkan, kalau Jack dan Rose tidak pernah bertemu. Titanic akan tenggelam dengan sia-sia bukan.” kamu menghela nafas. “walaupun mereka tidak bisa bersama selamanya. Tapi setiap kebersamaan pasti ada cobaan bukan. Dan mereka harus mendapat cobaan yang paling besar. Hidup mati. Hufft..” kagummu. “dan apa yang harus kau tahu?.” Tanyaku padamu. “apa itu?.” Dengan heranmu lanjut kukatakan “kamu luar biasa untukku.”
           Begitu dalam kata-kata si Pujangga Muda ini dalam puisi “Kepada Penyair Bohang”-nya.  Bagaimana bisa dia menuliskan ini... Suaramu bertanda derita laut tenang...
                                                       Si Mati ini padaku masih berbicara 
                                                       Karena dia cinta, di mulutnya membusah 
                                                       Dan rindu yang mau memerahi segala 
                                                       Si Mati ini matanya terus bertanya! 
                                                       ........................................................ 
                                                       ........................................................
Aku suka gayanya. Tidak salah aku berkunjung kesini. Kutemukan jiwaku kembali. Segala lebar terbuka segala merasa berada. Kekagumanku tak berhenti disitu. Aku bacai lagi puisi Pujangga Muda ini, hingga aku berhenti pada satu puisi. Seperti yang aku katakan, aku kagum, dan bingung. Kucoba pahami. Aku memejam mata...
      “Dinegeri yang nun jauh dan masyur dikata orang. Bakal tentu mereka memiliki puteri cantik bermahkota. Segala seperti surga untuknnya. Rambutnya yang pendek tak kuasa menggariskan cahaya dari kening dan berujung dirahannya yang sempurna. Angin barat pun begitu ingin membelai pendek rambutnya. Senyumnya yang menawan menggambarkan perempuannya. Bila matanya telah berkata, seperti menusuk sampai ke dada, tidak sanggup berlama menatapnya. Dan yang paling kutunggu dari sepasang bibirnya yaitu ketika dia cerewet.” Aku tertawa menghentikan ceritaku, dirimu merasa tersinggung dan gemas padaku. “hmm.. sini aku cerewetin kamu.”
          Sungguh tidak menentu hatiku. Aku melangkah hanya mengikuti bayanganku yang terbujur kedepan: sendirian. Sebagai penyair yang baru seumur jagung, barang tentu tidak jauh-jauh benar aku dari sumber-sumber ilmu pengetahuan. Tanpa disadari telah berjalan jauh aku, sampai aku merasa ingin berhenti: aku telah berhenti disuatu tempat “Ini bukanlah negeri yang tidak kukenal.” Sadarku. Bibliotheek berdiri didepanku, aku masuk kedalamnya. Mega pustaka ini kenapa baru kujumpa. Kemana saja aku selama ini. Aku akan berkeliling, aku akan berjalan dengan sadarku. Dan aku tidak tahu apa yang akan aku temukan...
            (seharusnya tidak ku temukan dirimu, hingga aku tidak akan merasa seperti ini)...”

Mungkin kau tak harus kabur,
bayang-bayangmu
yang menjauh dan menghindar
dari terang lampu
Ia selalu menjauh dan menghindar
dari terang lampu
Ia selalu mondar mandir
mencari-cari bentuk dan namanya
yang tak pernah ada
                                    AHWM, 1974
Terima kasihku,
Chairil Anwar, Pramoedya Ananta Toer, Abdul Hadi WM,
dan untuk diri dan kenanganku sendiri... 

Posting For #RnC 
24 Mei 2014

9 komentar:

  1. Haha aku sendiri kagak ngarti apa yg aku tulis..

    BalasHapus
  2. aaaaaaakkk!!! nggak ngerti deh harus ngomong apa!
    sejak lampau kan sudah kukata-katai kau dengan beribu kagum dan sejuta pujian. untuk yang ini, biarkan dulu aku termangu-mangu. sebab hati dan pikiranku masih tak terlalu pandai memaknai tulisan seindah ini :D

    BalasHapus
  3. am kalo udah ngak sanggup, lambaikan saja tangan ke kamera,.. :D

    BalasHapus
  4. maauuuul, sumpah lo cowok melois di RnC. gak seperti postingannya pandy yang aku ngakak plus melotot depan komput. karyamu penuh imajinasi sekaliiiiiiii. aku sukaaa bagian yang ada perumpamaannya. membuat kita berfikir, lalu tersenyum atau mengerutkan dahi ketika berhasil menandai maknanya.
    Arrrggghhh, keren! hehehe.

    BalasHapus
  5. Salut sama Maul... aku ngerti rasanya jadi si Aku itu... pengen jadinya punya tulisan kayak punyamu ini... CAKEPPP dan "Kompoor Gas Ul Buatmu"

    Genre Etika sama kaya Maul...

    BalasHapus
  6. waaah terimakasih sangat buat komen positip kawan semuanya.. :)

    BalasHapus
  7. teman teman aku ada masalah dalam pengaturan komentarnya, aku udah pusing ngak bisa mengatasinya

    BalasHapus