Rabu, 30 Juli 2014

Kumpulan Puisi : Cahaya Sebatang Kara

Kala
oleh arief maulana azzahri

Kala pagi ini menjemur umur, kita merangkaki jendela dan embun yang memudar
Yang terputus panas matahari itu kita berpencar
Dan yang tersenyum dari pohon ke pohon di kaca samping rumah itu kita saling bercerita
Kala sore ini kita hilang rasa dan tertidur
Dan menyapa mimpi kala malam ini, tak pernah kita lagi berunding
Berkisah sendiri dengan gadis-gadis kecil dalam mimpi


Kumpulan Puisi : Cahaya Sebatang Kara

Lelaki Itu...
oleh arief maulana azzahri

Lelaki itu setiap pagi sebelum pergi, disiraminya hujan, agar hujan tetap basah di taman, di ranting dan dedaunan,
Setiap pagi hujan begitu subur, di taman di ranting dan dedaunan.
Lelaki itu setiap sore sesudah pulang, dibersihkannya kaca jendela, agar dia bisa melihat keluar, hujan yang tumbuh besar,
Setiap sore hujan begitu subur, diluar jendela.
Lelaki itu setiap malam sebelum tidur, diciumnya harum bunga hujan,  walaupun bunga hujan belum membuka sepenuhnya jari-jarinya,
Hujan tidak perlu berterima kasih, tetapi setiap malam hujan tumbuh subur diluar jendela


Jumat, 18 Juli 2014

Kumpulan Puisi : Cahaya Sebatang Kara

Saat berjalan di cermin
By arief maulana azzahri

aku berfikir kemarin itu
tidaklah merapuh embun itu di cermin
‘kan kusungguhkan hati bertahan menahan cobaan
bukannya aku tak mau berubah keinginan
namun jauh sebelum aku terbangun, aku tak sempat bermimpi
dan berjalan diatas hukuman Tuhan

ada atau tidaknya keteguhanku
aku berhenti karena kau
aku menoleh-memaling juga karena kau
siapakah kau yang mencuri segala sesuatu dari ku?
Memenjara diriku dalam cermin

Kamis, 17 Juli 2014

Kumpulan Puisi : Cahaya Sebatang Kara

Antara Ruang
by arief maulana azzahri

Sandaran diri pada angin musim panas
Keramaian yang kau buat sendiri
Dari tempat perenungan
Rintik-rintik cahaya, kau tampung di atas tangan
Dan pelabuhan tegar sayapmu
Berjalan dengan sebelah kekuatan
Keadaan tak perlu ditanya
Keraguan yang lalu telah membeku
Dingin laut biru dan biru matamu
Air yang pecah dan perih di mata
Usaplah dengan cahaya yang kau kumpulkan
Segala sajak dan harumnya doa
Akan terus mengalun menderus duka
Mari sekeliling ruang diperkuda
Melaju hingga tingginya jiwa
Dan hidup beribu perkasa
Esok pasti baik lagi

Kumpulan Puisi : Cahaya Sebatang Kara

Lemah
by arief maulana azzahri

Dari detik ke waktu yang tuju nama satu jaya
Usia terus memetik tangga akhir
Tapi aku segala ragu
Memeluk
Ya Allah
Aku terlalu jauh
Dari sajadah
Dari ibadah
Dan aku sekarang mulai rapuh
Atas sujudku kini
Seluruh serahku ini
Aku beri dzikir dan doa
Kubawa hati dan duri
Aku takut panas api neraka-Mu
Hangus
Jadi abu sia-sia bertubuh
Dari langkah kini
Kutulis ayat-ayat rindu
Dan Doa permohonan
Dari rasa yang terasing
Menuju jalan ridhoMu

Kumpulan Puisi : Cahaya Sebatang Kara

Sepucuk Pengarang 
by arief maulana azzahri

Semenjak pengarang lahir dari rahim ibu, dia telah menciptakan karya suci, Seperti; karangan bunga yang diucapkan dengan lantang saat dia pertama kali menghirup kedunia—tersenyum-terharulah ibunya.

Bahkan dia tahu kapan bakal berhenti dan mati abadi, maka telah ditaksirnya puisi menjadi doa, agar kita selalu membacanya, sebagai doa.

Kumpulan Puisi : Cahaya Sebatang Kara

Yang Larut Dalam Cerita
by arief maulana azzahri

Setangkai bunga yang berjatuhan rambutnya
Terduduk pada goresan musim gugur
Diterka-terkanya lagi beberapa waktu yang tersisa
Sebelum terlahir kembali rambut-rambutnya
Sebelum dia benar-benar lupa
Tentang senandung cahaya dan air mata
Dan sepasang kumbang yang bernyanyi:
Kemana setiap kenangan menjelma,
Ketika setiap kenangan menjelma warna,
Ketika kenangan menjelma warna yang bening
Ketika menjelma warna yang bening dan berkilauan

Ketika bening kenangan membasahi kelopak bumi
Mendadak terhentak setangkai bunga

Sambil keheranan melihat dirinya sendiri

Kumpulan Puisi : Cahaya Sebatang Kara

Trouble Man
by arief maulana azzahri

Aku tak layak meminjam pemikiran-pemikiranmu
Seperti benar apa yang dikatakan Elliot
Maka aku benarkan kembali apa tujuanku mengenalmu
Karena jalan yang terlampau jauh ini
Bekal yang kau sisakan untukku,
Tak kan cukup buat menahan rasa penasaranku
Juga tanah harapan yang mustahil tersentuh itu
Duniamu seperti tangga tak berujung
Mungkin aku seorang yang beruntung
Aaron... 
Bila dalam bukuku nanti,
Tidak kusebutkan namamu dengan lengkap,
Atau mungkin akan kusamarkan saja dalam kata-kata,
segala sengketa yang terjadi antara kita
serta kebohongannya.
Tetapi aku terlalu takut
Menceritakan ulang tentang pertemuanku denganmu diperempatan jalan itu
Yang meyakinkanku oleh katamu saat itu sebuah kebenaran.
Memandangku dengan hanya sebelah mata
Membawaku sekeliling dunia
Kau tahu aku tak puas
Maka kau layani aku hingga aku jadi buas
Ah segalanya ada padamu tersirap dalam kitab
Sayang Tolkien tidak pelik terhadapmu
Namun dalam bukuku nanti aku hanya akan berterimakasih diawal saja

Sabtu, 12 Juli 2014

Poetry In Ramadhan

Poetry in Ramadhan
oleh Arief Maulana Azzahri

Dalam sembahyang
Dan menangkap arti
Sembah jiwa menghamparkan langkah hidup yang luas
Masa keharibaan
Jauhkanlah resah yang menyeri di pundak pengabdian. Keras
lengking nyanyi karena sembilu nancap di kedalaman
hatiku. Kehadiran—MU tak berjarak adalah keharuan; kerinduan; keteduhan
Bismillah ku bangun dengan megah
Aku lafazkan dengan nada yang bening. Namun
bagaimana aku melepas getah
Allah hu akbar—kuiringi—Laailaahailallah
Malam penuh nyanyi
Tebal kurenung-kampung yang putih dan merah
Pengabdian yang masih muda ini,
Apakah masih bisa ku dapati
Kesempurnaan menegak shalat
Dengan ridho Illahi 
Dan kesaksian malaikat
Masa keharibaan
Padaku hakekat bagai angkasa air mata

Posting For #RnC
Ramadhan