Yah.. Tahun 2014 ini akan berakhir juga. Banyak hari yang berlalu dengan cepat dan lambat. Banyak kenangan dan pengalaman yang didapat. Tetapi rasanya ini seperti tahun terburuk dalam sejarah hidupku. Tahun ini bisa dibilang adalah tahun yang sedih. Kenangan dan Pengalaman sedih lebih banyak menghiasi perjalannanku selama setahun ini. sedih tentang pertemuan dan perpisahaan. sedih tentang harapan dan kenyataan. sedih tentang pengakuan dan harga diri. dan sedih-sedih yang lainnya.
Lalu apa yang aku harus lakukan terhadap semua itu?, tidak ada. Sekarang aku hanya bisa menerima itu dengan berat hati. Berharap walaupun tidak ada harapan, menjadi manusia tangguh, melawan cobaan. Mungkin Allah sedang mengujiku, sebelum aku benar-benar menjadi dewasa, menjadi manusia yang lebih matang lagi. Walaupun sebenarnya banyak yang tidak bisa hatiku terima. Dan aku belum juga banyak belajar dari kesalahan dan kekacauan yang aku buat. Sebagai tindakan terhadap kekecewaanku terhadap orang lain, aku sering berucap mengutuk. Dan sepertinya kutukan itu malah mengenai diriku sendiri. Betapa bodohnya aku. sekali lagi betapa bodohnya aku.
Bagaimana aku harus mengatakannya lagi?, aku tidak tahu. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana reaksiku melihat teman-teman sekolahku dulu kini mendapatkan kawan baru yang terlihat sangat akrab, lalu aku?, tidak ada satu temanpun yang aku anggap akrab denganku, ya karena memang tidak ada yang mau akrab denganku. Padahal aku sangat membutuhkan itu. Kesedihan ini menghantuiku sepanjang tahun ini.
Bagaimana reaksiku melihat teman-teman seperjuanganku mendapatkan penghargaan tinggi terhadap apa yang juga aku perjuangkan, namun aku belum juga mendapat penghargaan tinggi itu. Kadang aku mencoba memotivasi diri melewati angan-angan. Tetapi itu adalah hal yang salah yang semakin membuatku bersedih. Teman-temanku mendapatkan penghargaan tinggi yang lain, namun aku juga belum beranjak dari ketidak-adaan. Kesedihan ini yang membuatku kehilangan harga diri.
Bagaimana reaksiku menerima kehadiran seseorang yang sebelumnya sempat aku mempermainkan perasaanku sendiri terhadapnya. Nasibku sebagai seorang pengecut datang lagi kali ini, dengan wujud yang lebih mengecewakan. Ternyata mempermainkan hati telah membuatku menjadi lebih ingin memiliki walaupun aku tahu dia telah dimiliki yang lebih baik dariku. Dan dia pergi menghilang tanpa sepatah kata sebelum aku sempat mendekatinya. Kesedihan ini selalu aku kenang sebagai kegagalan cintaku.
Bagaimana lagi aku harus mengatakan semua kesedihan ini. Terlalu banyak kesedihan. Sampai-sampai aku mau menangis menulis ini. Aku harus kuat. Setiap tindakan pasti memiliki resiko. Tahun ini mungkin aku belum siap terhadap resiko-resiko itu. Dan dampaknya luar biasa. Sungguh betapa betapa sedih memang. Bahkan aku tidak bisa menyembunyikan kesedihan ini dibalik wajah kriminalku ini. aaahhh... Cepatlah berlalu tahun ini. Dan berilah aku ramalan bintang yang lebih baik tahun depan. Aku harus bisa melihat kedepan, dan menjadikan sejarah tadi sebagai perjuanganku. Aku hanya butuh sedikit perjuangan lagi, dan aku pasti bisa melaluinya tahun depan. Aku harus percaya. Aku percaya...
Oh tahun kesedihan, terimakasih untuk semuanya.
Lalu apa yang aku harus lakukan terhadap semua itu?, tidak ada. Sekarang aku hanya bisa menerima itu dengan berat hati. Berharap walaupun tidak ada harapan, menjadi manusia tangguh, melawan cobaan. Mungkin Allah sedang mengujiku, sebelum aku benar-benar menjadi dewasa, menjadi manusia yang lebih matang lagi. Walaupun sebenarnya banyak yang tidak bisa hatiku terima. Dan aku belum juga banyak belajar dari kesalahan dan kekacauan yang aku buat. Sebagai tindakan terhadap kekecewaanku terhadap orang lain, aku sering berucap mengutuk. Dan sepertinya kutukan itu malah mengenai diriku sendiri. Betapa bodohnya aku. sekali lagi betapa bodohnya aku.
Bagaimana aku harus mengatakannya lagi?, aku tidak tahu. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana reaksiku melihat teman-teman sekolahku dulu kini mendapatkan kawan baru yang terlihat sangat akrab, lalu aku?, tidak ada satu temanpun yang aku anggap akrab denganku, ya karena memang tidak ada yang mau akrab denganku. Padahal aku sangat membutuhkan itu. Kesedihan ini menghantuiku sepanjang tahun ini.
Bagaimana reaksiku melihat teman-teman seperjuanganku mendapatkan penghargaan tinggi terhadap apa yang juga aku perjuangkan, namun aku belum juga mendapat penghargaan tinggi itu. Kadang aku mencoba memotivasi diri melewati angan-angan. Tetapi itu adalah hal yang salah yang semakin membuatku bersedih. Teman-temanku mendapatkan penghargaan tinggi yang lain, namun aku juga belum beranjak dari ketidak-adaan. Kesedihan ini yang membuatku kehilangan harga diri.
Bagaimana reaksiku menerima kehadiran seseorang yang sebelumnya sempat aku mempermainkan perasaanku sendiri terhadapnya. Nasibku sebagai seorang pengecut datang lagi kali ini, dengan wujud yang lebih mengecewakan. Ternyata mempermainkan hati telah membuatku menjadi lebih ingin memiliki walaupun aku tahu dia telah dimiliki yang lebih baik dariku. Dan dia pergi menghilang tanpa sepatah kata sebelum aku sempat mendekatinya. Kesedihan ini selalu aku kenang sebagai kegagalan cintaku.
Bagaimana lagi aku harus mengatakan semua kesedihan ini. Terlalu banyak kesedihan. Sampai-sampai aku mau menangis menulis ini. Aku harus kuat. Setiap tindakan pasti memiliki resiko. Tahun ini mungkin aku belum siap terhadap resiko-resiko itu. Dan dampaknya luar biasa. Sungguh betapa betapa sedih memang. Bahkan aku tidak bisa menyembunyikan kesedihan ini dibalik wajah kriminalku ini. aaahhh... Cepatlah berlalu tahun ini. Dan berilah aku ramalan bintang yang lebih baik tahun depan. Aku harus bisa melihat kedepan, dan menjadikan sejarah tadi sebagai perjuanganku. Aku hanya butuh sedikit perjuangan lagi, dan aku pasti bisa melaluinya tahun depan. Aku harus percaya. Aku percaya...
Oh tahun kesedihan, terimakasih untuk semuanya.


